Inforohil.com, Pekaitan- Waktu menunjukkan sekitar pukul 17:30 wib. Dua orang bocah, Sri Lestari (15) dan Jaka Satrio (9) tampak sedang asyik bersenda gurau diatas jembatan penyerangan kanal didepan gubuknya, Jumat ( 21/4/16). Lestari sambil mencuci piring, sementara sang adik setia menunggunya sambil tiduran diatas jembatan dan bermain air.
Sesekali, air kanal itu disiramkan kepada kakaknya. Begitu juga kakaknya, tutur membalas menyiram dengan sebaskom air. Saat itu, ibu dan ayahnya sedang tidak di rumah.
Meski tinggal di pelosok dan jauh dari pemukiman warga, mereka tidak takut ditinggal orangtuanya. Kondisi keluarga yang susah, membuat mereka tampak tegar menghadapi kehidupan ini.
Anak dari pasangan Samin (60) dan Siti Ati (43) ini merasa sudah terbiasa tinggal ditempat sepi. Mereka tinggal disebuah gubuk berukuran 3×3 meter yang terbuat dari plastik dan terpal.
Tidak ada aliran listrik yang mereka rasakan selama enam tahun tinggal di RT 02 RW 03 Kepenghuluan Pedamaran Kecamatan Pekaitan itu. Untuk penerangan dimalam hari, mereka hanya menggunakan lampu minyak tanah.
Meski belajar dan mengaji menggunakan lampu seadanya, tapi Jaka berhasil meraih juara tiga besar di kelasnya. Saat ini, Jaka masih duduk dikelas tiga SD 007 Pedamaran.
“Sekarang juara tiga, kalau kelas satu sama kelas dua kemarin dapet juara dua,” katanya.
Jaka menjelaskan, jarak antara sekolah dan rumahnya cukup jauh. Diperkirakan dari jalan simpang jalan poros kecamatan masuk kedalam rumahnya mencapai tiga kilometer. Ditambah satu kilometer lagi dari simpang jalan poros kecamatan menuju sekolah.Terkadang ia pergi diantar oleh ayahnya.
Namun, karena kondisi ayahnya yang sering sakit, ia lebih sering berjalan kaki pergi dan pulang sekolah melewati kebun milik warga.
Jika tidak diantar, pukul 06:00 wib, ia sudah harus bergegas menuju sekolahnya. Meski berjalan jauh, Jaka tidak pernah terlambat untuk masuk sekolah.
“Kalau ada pas orang lewat kadang digoncengin,” ungkapnya.
Sementara itu, Lestari saat ini sudah tidak bersekolah lagi. Lestari hanya bisa menyelesaikan pendidikan dasarnya hingga tamat kelas enam SD. Semasa sekolah, ia juga sering mendapat juara. Bahkan, selalu mendapat ranking pertama di kelasnya.
“Gak ada biaya bang, kata mamak gak usah lanjut,” sebutnya.
Ia pasrah dengan kondisi orang tua yang tak mampu membiayainya. Apalagi, saat ini kondisi ayahnya sedang sakit-sakitan. Saat ini ayahnya sedang pergi berobat ke Rantau Parapat. Ibunya, juga sedang pergi ke Balam mengurus sesuatu.
“Kayaknya di guna-guna orang. Tapi ya kadang-kadang sakit lambung juga,” ketusnya.
Saat ini orang tuanya, sehari-hari hanyalah berkebun. Pindah dari Rantau Prapat Sumatera Utara ke Rohil hendak mencari perubahan. Namun setelah enam tahun pindah, orang tua dua bocah itu hanyalah sebagai penjual singkong dan pisang yang dipanen dari ladangnya.
Tidak adanya penghasilan yang cukup, membuat keluarga mereka serba kekurangan. Mereka, hanya tinggal di sebuah gubuk reot yang terbuat dari plastik. Dalam gubuk ini mereka tinggal, memasak, tidur dan belajar.
Agar air tidak masuk kedalam saat hujan, atap gubuk ini sudah dilapisi banyak plastik. Dindingnya yang terbuat dari terpal, juga sudah banyak robek-robekannya.
Tidak ada pintu dan jendela terlihat. Ayam peliharaannyapun bisa bebas keluar masuk ke gubuk itu untuk mencari makanan.
Diusianya yang beranjak dewasa, ternyata Lestari sedikit mempunyai gengsi. Ketika diajak berfoto didepan gubuknya, ia sempat menolah dan malu-malu. “Malu loh bang,” centilnya.
Selama tinggal disitu, mereka tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Bahkan, keluarga mereka juga tidak terdaftar sebagai keluarga miskin. Tidak pernah mandapatkan program BLT maupun bantuan rumah layak huni. (syawal)
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar dan Share Artikel Ini. Tks
|