Potensi sektor pertanian paling menonjol adalah tanaman pangan, yakni produksi padi 143.994 ton dan kedelai 31.446 ton. Kedua tanaman komoditas itu terkonsentrasi di Kecamatan Bangko, Rimba Melintang, dan Kecamatan Kubu.
Jika dilihat dari jumlah luas lahan pertanian yang ada, maka tahun ini ada peningkatan produksi padi di Rokan Hilir. Dari 9.600 hektar lahan pertanian yang ada di Rohil, 9.343 hektar diantaranya berhasil di panen.
Hasil produksi pertanian padi di Rokan Hilir dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan, dengan hasil produksi padi yang mendekati target.
Menurut data Dinas Pertanian dan Peternakan Rohil, realisasi penanaman pada musim tanam Oktober 2015 hingga Maret 2016 telah capai target yang maksimal. Dimana, dari 9.600 hektar lahan yang di tanam, berhasil di panen seluas 9.343 hektare.
Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Rokan Hilir memang berkeyakinan pada tahun 2016 negeri julukan seribu kubah akan menjadi sentra beras.
Agar hal itu terwujud, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan menyiapkan berbagai program kegiatan guna menunjang produksi pangan padi di Rohil.
“Alhamdulillah, tahun ini kita (distanak,red) mendapatkan suntikan dana dari pemerintah pusat sebesar Rp11,3 Miliar, nah dengan dana itu nantinya akan kita kembangkan Produksi pangan khususnya padi di Rohil,” kata Kadistanak Rohil, Ir Muslim, kepada pers belum lama ini.
Menurut Muslim, Dana bantuan dari pusat itu nantinya akan digunakan untuk pembangunan irigasi disetiap wilayah sentra pertanian serta memperluas areal persawahan yang ada dibeberapa kecamatan di rohil.
“Sawah yang nantinya akan ditanami padi sekitar 1.000 hektare, Jagung sekitar 1.000 hektare, Kedelai 1.000 hektare dan 1.500 hektare lagi terletak di wilayah tranmigrasi, “katanya.
Muslim mengaku bahwa pembangunan sarana pendukung terus digenjot seperti pembangunan saringan irigasi sebanyak 5 unit bantuan dari pusat dan 14 unit dari APBD Rohil. “Tahun ini kita targetkan seluruh kegiatan harus berjalan sukses, ” ungkapnya.
Dilanjutkan Muslim, dari volume pekerjaan distanak Rohil pada tahun 2015 sampai saat ini jadwal kegiatannya lebih padat jika dibandingkan tahun 2014 lalu. karena di tahun 2015 produksi padi sudah mampu mencapai 5 hingga 7 ton gabah kering per hektare nya.
“Kalau dilihat dari persentase jumlah penduduk yang sudah mencapai 700 ribu jiwa, maka kebutuhan beras masih terpenuhi sekitar 50 persen, sementara 50 persennya lagi kita masih membutuhkan stok pangan dari luar Rohil, mudah-mudahan dengan adanya bantuan pusat ini kebutuhan pangan beras di Rohil bisa terpenuhi, “harapnya.
Secara terpisah, Bupati Rokan Hilir, Suyatno saat membuka agenda konsolidasi pelaksanaan Upsus padi, jagung dan kedele dalam mendukung program swasembada pangan Nasional beberapa waktu lalu menyebutkan, dahulu ketika masih bergabung dengan Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir merupakan lumbung padi terbesar di Propinsi Riau. Namun, kini produksi padi menurun dikarenakan banyaknya alih fungsi lahan.
Kondisi tersebut, sebut Bupati, merupakan fakta yang tidak produktif di tengah gencarnya komitmen pemerintah untuk menggalang kekuatan menuju swasembada tanaman pangan di Rokan Hilir.
Untuk mengembalikan kejayaan tersebut, Bupati Suyatno mengungkapkan kalau perlu dukungan semua pihak untuk membangun optimisme.
Beberapa latar belakang pun diungkapkan, salah satunya terkait dengan keinginan pemerintah membatasi upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di tengah krisis harga pasar yang membuat anjloknya harga sawit petani.
Idealnya, sebut Bupati, kondisi harga sawit yang turun mampu menekan terjadinya penyusutan terhadap upaya ekspansi perkebunan yang menggerus usaha pertanian khususnya tanaman pangan, termasuk padi.
Namun, dia tidak menafikan kalau pengaruh perkebunan sawit telah menyebabkan terjadinya degradasi luasan lahan pertanian tanaman pangan, khususnya padi.
Hal ini sangat dikhawatirkan dan Rohil yang selama ini terkenal dengan sebagai penghasil lumbung padi bisa menjadi tinggal kenangan. Hingga saat ini Diperkirakan sekitar 27 Ha lahan sawah telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit.
“Alih fungsi lahan saat ini tidak dapat dibendung, masyarakat cendrung berubah tanaman dari lahan sawah menjaddi lahan perkebunan sawit, tiap tahun masyarakat petani berubah fungsi saat ini,”kata Bupati Rokan Hilir, H Suyatno.
Menurutnya, diperkirakan saat ini sudah mencapai 27 Hektar lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan perkebunan sawit, menyikapi hal tersebut kepada Dinas Pertanian kususnya tenaga PPL dilapangan terus bekerja keras memberdayakan masyarakat dan memberi penjelasan serta pengertian sehingga masyarakat pertanian, tidak melakukan alih fungsi lahan.
Karena kalau itu terus berlangsung maka dikhawatirkan swasembada Pangan sangat sulit tercapai di Kabupaten Rokan Hilir ini. Yang ada adalah swasembada sawit, bukan swasembada pangan, sehingga perlu diambil langkah-langkah yang konkrit untuk mengatasinya.
Lebih lanjut Suyatno menjelaskan akibat alih fungsi lahan ini, banyak Kecamatan yang dulunya dikenal sebagai sentral penghasil padi dan beras kini berubah daerah penghasil sawit, hal ini terlihat seperti di Kecamatan Bangko, Sinaboi, Palika, Kubu dan Rimba Melintang.
Diakui bupati, Suyatno, memancang program swasembada pertanian, hasilnya memang tidak bisa langsung dirasakan. Butuh waktu hingga tiga tahun ke depan untuk mencapai kerja besar ini.
Selain itu, pemerintah daerah bersama DPRD berupaya memajukan sektor pertanian, jagung dan kedelai dalam tiga tahun kedepan.
Terpenting, menurut bupati, kabupaten Rohil harus menjadi yang terbaik dalam bidang pertanian dan palawija
“Untuk Riau, Kabupaten Rohil masih yang terbaik kedelainya. Dan, daerah Darusalam daerahnya sangat potensi untuk tanaman kedelai dan jagung, saya berharap bisa tetap dipertahankan. Targetnya, Indonesia harus menjadi daerah swasembada pangan 2017,”paparnya.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sudah membulatkan tekad untuk terus menjadi lumbung pangan di Provinsi Riau dengan cara mengembangkan areal pertanian yang ada dan mencetak sawah baru.
Sebagai prinsip landasan hukum dari penerapan kebijakan tersebut, maka pemerintah sangat menekankan penerapan Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.
Kebijakan ini juga merupakan implementasi dari kebijakan nasional untuk mempertahankan cadangan pangan di dunia yang saat ini juga mengalami penurunan dan kondisi cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah.
Dengan kondisi demikian tentu akan menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal, ditambah lagi keadaan iklim saat ini yang sudah tidak menentu yang menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsong dan kekeringan.
Pemetaan Sebagai Implementasi Kebijakan Pertanian
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, Muslim dalam kesempatan terpisah mengungkapkan, saat ini, pemerintah Provinsi Riau melakukan pemetaan lebih dari 6.000 hektare lahan untuk dijadikan sawah sebagai upaya swasembada pangan pokok.
Areal persawahan itu berada di sejumlah wilayah kecamatan dan untuk Kecamatan Bangko dipetakan lahan seluas 2.000 hektare lebih, kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Rokan Hilir.
Kemudian, lanjut dia, untuk di Kecamatan Sinaboi juga ada sekitar 2.000 hektare lahan yang akan dijadikan sawah tanaman padi dan di Kecamatan Pekaitan juga dengan luas lahan yang sama.
Sedangkan di Kecamatan Kubu dan Pasir Limau Kapas total luas areal pertanian hanya ada 116 hektare dan di Kecamatan Bagan Sinembah dipetakan lahan seluas 100 hektare, katanya.
Ia mengatakan, program pemetaan dimaksudkan untuk mengetahui luas total areal pertanian padi dan sentra produksi padi di Kabupaten Rokan Hilir.
Untuk luas lahan areal pertanian padi sawah di sentra produksi padi Kecamatan Rimba Melintang saat ini yang telah mulai dalam masa penanaman seluas 949 hektare, 300 hektare di antaranya telah mulai panen.
Muslim menjelaskan, dijadikanya sentra produksi pertanian padi berada di Kecamatan Rimbo Melintang, karena daerah tersebut bisa dilakukan 3 kali tanam dan 2 kali panen dalam setahun.
“Januari-Mei sudah panen pertama dan Juni baru menanam kembali. Jadi jika dikalkulasikan untuk keseluruhan luas lahan tercatat sejak Januari hingga Mei, yang telah mulai di tanam ada seluas 1.779 hektare,” katanya.
Pertanian dan Perikanan jadi Skala Prioritas
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) terus berupaya membangkitkan dua sektor penting dalam menggapai swasembada pangan, diantaranya yakni pertanian dan perikanan sebagai program skala prioritas. Dimana dua sektor ini dinilai memiliki potensi yang cukup mampu meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan masyarakat.
“Agar program ini bisa terwujud, Instansi terkait yakni Dinas pertanian dan peternakan (Distanak) dan Dinas Perikanan dan kelautan (Diskanlut) Rohil diminta untuk menjalankan program ini dengan baik dan benar serta tepat dengan sasarannya,” ujar Bupati Rohil, Suyatno di Bagansiapiapi belum lama ini.
Menurut Bupati, kedua sektor yang akan dibangkitkan ini selain merupakan program skala prioritas Pemkab Rohil juga dulunya kedua sektor ini pernah membanggakan nama daerah didunia internasional.
“Kalau sektor perikanan dulunya kita terkenal sebagai penghasil ikan nomor dua terbesar didunia setelah norwegia, sementara di sektor pertanian juga dulunya kita sebagai penghasil gabah terbesar di Riau dan sekitarnya,” terangnya.
Tambah Suyatno, dua sektor ini juga sebagai program yang dijadikan sebagai visi dan misi saat berkampanye pada Pilkada serentak 9 Desember lalu.
“Ini merupakan program andalan yang telah kita jual kepada masyarakat, jadi diharapkan instansi terkait agar menjalankan kedua sektor itu dengan sebaik mungkin,” pintanya.(adv/hms)