Inforohil.com, Pekanbaru – Bulan September adalah bulan istimewa bagi insan perpustakaan, baik pustakawan maupun para pegiat literasi. Pasalnya, tiap tanggal 14 September selalu diperingati sebagai Hari Kunjung Perpustakaan.
Dan momentum ini selalu ditunggu oleh insan perpustakaan untuk mengingatkan Bangsa Indonesia akan pentingnya kegiatan literasi.
Bacaleg DPR RI dari partai PDI Perjuangan, Hj Dewi Juliani SH mengatakan, Hari Kunjung Perpustakaan adalah hari para insan perpustakaan berdiri dan melihat sejauh mana kita sudah berusaha menjadi lebih baik dalam mengelola perpustakaan, melayani masyarakat akan kebutuhan literasi.
“Perpustakaan diharapkan terus berbenah diri, dari mulai memperbaiki fasilitas baca, jumlah dan keragaman koleksi, maupun layanan-layanan online atau digitalisasi, ini sesuai dengan komitmen pemerintah untuk mengembangan SDM, sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yaitu SDM Unggul, Indonesia Maju,” ungkapnya.
Dewi Juliani berharap dengan adanya peringatan Hari Kunjung Perpustakaan yang dirayakan setiap tanggal 14 September di setiap tahunya, para pegiat literasi mulai dari pustakawan, pengelola perpustakaan sekolah, pejuang literasi di berbagai daerah bisa menjadikan hari Kunjung Perpustakaan ini sebagai momentum untuk membuat gerakan literasi yang semakin maju, kreatif, yang mampu membangkitkan semangat masyarakat agar mau rajin berkunjung ke perpustakaan.
” Memang tidak semua daerah memiliki perpustakaan, namun setidaknya disetiap sekolah pasti juga memiliki perpustakaan. Dan oleh sebab itu pula diharapkan kepada seluruh sekolah untuk mengarahkan anak-anak untuk memanfaatkan perpustakaan dalam menggali inspirasi dan ilmu pengetahuan, ” ungkap Dewi Juliani.
Sebagai informasi, sejarah Hari Kunjung Perpustakaan, dimulai sejak 14 September 1995 pada saat pemerintahan Presiden Soeharto. Ini berawal dari Ketetapan Presiden Soeharto kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI dengan surat nomor 020/A1/VIII/1995 pada tanggal 11 Agustus 1995. Dalam surat tersebut, berisi tentang usulan pencanangan hari kunjung perpustakaan pada tanggal 14 September 1995.
Pencanangan ini diketahui tidak luput dari ide Kepala Perpustakaan Nasional pertama yaitu Mastini Hardjoprakoso.
Dalam tulisan yang ditulis oleh Kepala Perpusnas pertama, Mastini Harjo Prakoso pada Majalah Himpunan Perpustakaan Chusus Indonesia (HPCI), disebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang produktif dalam menerbitkan berbagai judul buku.
Hal ini juga terkait dengan semangat Presiden Sukarno yang memang sangat suka membaca dan mendukung penuh untuk menjadikan penerbitan termasuk juga aktivitas membaca, pemberantasan buta huruf, sebagai prioritas pertama.
Terlihat pada tahun 1963, banyak terbitan buku di Indonesia bahkan pihak swasta sudah mulai berani membangun berbagai usaha penerbitan dan buku di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian Amerika sebagai negara Adi Kuasa. Bahkan mereka membeli buku terbitan Indonesia dengan membuka kantor cabang Perpustakaan Nasional Amerika Serikat di Indonesia.
Tak hanya Amerika Serikat, Badan Literasi Belanda Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde (KITLV) memusatkan untuk mengakuisisi terbitan indonesia di bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
Australia juga membuka perwakilan kantor Perpustakaan Nasional menunjuk agennya untuk membeli ragam buku terbitan Indonesia khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Saat itu Presiden Soeharto memiliki tujuan dengan adanya ketetapan Hari Kunjung Perpustakaan, dapat memberikan kontribusi positif bagi gerakan aktivis intelektual di Indonesia, terutama di dalam menyebarkan budaya membaca generasi bangsa Indonesia. ***