Inforohil.com, Bagan Batu – Sebagai bentuk protes terhadap pelaksanaan proyek Drainase Kementerian PUPR di Jln Lintas Riau-Sumut, warga Kelurahan Bahtera Makmur Kota Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), tebar bibit ikan Lele.
Pasalnya, penggalian drainase yang menggunakan alat berat Excavator itu dilakukan sekitar hampir 2 bulan lalu hingga kini tak kunjung dikerjakan pelaksana yang diketahui sebagai pemenang tender adalah PT. Lutvindo Wijaya Perkasa.
Pada kesempatan itu, Lurah Bahtera Makmur Kota, Muhammad Yusuf ikut turun ke lokasi didampingi RT setempat dan warga Jln. Lintas Riau-Sumut KM 03 Kelurahan Bahtera Makmur Kota Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, Kamis (14/04/2022) sekira pukul 11.00 wib.
Pantauan di lokasi, galian parit drainase itu tampak digenangi air akibat hujan yang mengguyur pada Rabu (13/04/2022) petang hingga malam hari kemarin. Galian itu juga tidak dibuat saluran pembuangan menuju daerah yang rendah sehingga menyebabkan air menggenang.
Lurah Bahtera Makmur Kota, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa sedari awal pelaksanaan pihak pelaksana tidak ada melapor ke Kelurahan.
Hal itu disayangkan mengingat kondisi di lapangan yang harusnya perlu penempatan yang pas sehingga tidak terjadi terbengkalainya pelaksanaan proyek ini dan terkesan kualitas pekerjaan kurang bagus.
“Penebaran bibit Lele itu dilakukan sebagai bentuk protes karena pengerjaan yang lambat. Hal itu terbukti dengan menggenangnya air di lokasi ini,” pungkasnya.
Sementara itu, warga setempat yang memiliki usaha Toko pakaian, Herawati mengaku sangat kecewa keterlambatan pengerjaan Drainase persis di depan tokonya.
Namun begitu, ia berharap pelaksana kegiatan dapat merampungkan pekerjaan yang mana di sisi lain sudah hampir rampung dikerjakan, akan tetapi di depan tokonya tak kunjung dikerjakan sehingga air menggenang.
“Harapan kita agar ini segera dikerjakan, ini menghambat orang mau beli ke toko kita, orang harus memutar kesana, kesana, intinya merugikan kita. Penggalian parit ini sudah hampir 2 bulan tapi tidak juga dikerjakan. Sementara di tempat lain dikerjakan malah di tempat kita yang ada penghuni nya tidak dikerjakan, sementara disana tidak ada penghuninya tetapi dikerjakan, kita kesal banget untuk itu,” ujarnya.
Senada, warga Jln Nangka, Saripuddin mengatakan penebaran bibit Lele itu merupakan bentuk protes terhadap pelaksana kegiatan.
Pasalnya, jalur drainase itu berada di tikungan sehingga apabila tidak dikerjakan bisa berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Terlebih beberapa waktu lagi sudah memasuki Lebaran, dimana mobilisasi masyarakat cukup tinggi akan tetapi pekerjaan itu tak kunjung diselesaikan.
“Dan kalau pun sudah rampung, sebaiknya di bagian atas ditutup atau istilahnya Box Culvert harus dipasang, harapan kami ini segera diselesaikan pembangunannya sebelum lebaran,” pungkasnya.
Selain digenangi air, kondisi drainase yang sudah dipasang batu dan diplester juga terlihat sudah retak. Padahal, drainase itu belum dirasakan manfaatnya oleh warga namun sudah retak.
Di lokasi yang sama, terlihat pekerja sedang memplester dicelah-celah batu padas ditengah kondisi lantai kerja digenangi air.
Dikutip dari laman lpse.pu.go.id, proyek itu berjudul: Preservasi Jalan BTS. Provinsi Sumut – Simpang Batang dengan pagu anggaran sebesar Rp Rp. 83.417.935.000,00 dibawah kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam satuan kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Riau.
Pihak PT. Lutvindo Wijaya Perkasa bernama Dani yang dikonfirmasi via WA di nomor 0812-3188-7××× belum memberikan tanggapan terkait penebaran bibit ikan lele dan kondisi drainase yang retak atau pecah tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Dani mengatakan galian di lokasi yang dimaksud masih dalam proses pekerjaan. Namun untuk pembuangan belum dikerjakan mengingat adanya perbedaan tinggi dinding dan elevasinya.
Ia menambahkan bahwa setelah yang lain selesai baru dikerjakan pembuangannya, kalau digali tapi tidak langsung dikerjakan, pelaksana takut dan akan mengakibatkan longsoran karena posisinya ditikungan.
Namun ketika disinggung apakah pekerjaan itu terdapat kesalahan karena perbedaan tinggi dinding dan elevasinya, ia membantah hal itu bukan kesalahan.
“Itu namanya bukan kesalahan bang, itu terjadi karena kontur jalan yang ada, tinggal kita merencanakan dalam pelaksanaannya,” jawabnya kembali.
Ia juga menambahkan akan melakukan pekerjaan di lokasi yang dimaksud, akan tetapi tunggu selesai pekerjaan di sisi lain mengingat tumpukan material dapat menggangu lalulintas jalan.
“Kita tunggu yang dari atas (Simpang Nuansa, red) selesai bang, karena tumpukan material diatas dapat mengganggu lalu lintas jalan bang, jadi kita prioritaskan yang daerah sempit dulu bang,” pungkasnya.
Ketika disinggung keberadaan papan plank proyek, Dani menyampaikan bahwa proyek tersebut adalah proyek Preservasi yang panjangnya sekitar 113 Kilometer dan Bagan Batu merupakan salah satu bagian dari pekerjaan tersebut.
“Kalau papan proyek bisa dilihat di Simpang Batang (Kecamatan Tanah Putih, red) bang,” ujarnya mengakhiri. (iloeng)