Inforohil.com, Bagan Sinembah – Bertahun-tahun hidup dalam kondisi yang tidak layak, Atik (24) bersama ketiga anaknya Nur Arjuna, Muhammad Jalanin dan Nahan Rodiah serta ibunya mak Atik, hidup dan tinggal hanya beratapkan tenda biru tanpa dinding.
Mirisnya, mereka tinggal di tengah-tengah Kavlingan kebun sawit Transmigrasi, Peket B Kepenghuluan Gelora, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau.
Rumah yang tak layak sekali dihuni itu pun menjadi tempat tinggal mak Atik dan keluarga. Pakaian bekas yang tampak sudah kotor berserakan menghiasi tempat tinggal mereka. Pohon cimplukan pun tampak disengaja ditanam oleh pemilik rumah itu dan beberapa pohon bunga serta tanaman lainnya.
Meski hidup bak Tarzan bukan tanpa sebab, Atik dan ibunya juga pernah mendapatkan bantuan rumah yang cukup layak dari warga Paket B, Iqbal dan rekan-rekannya. Namun karena kerap kemalingan, Atik dan emaknya kembali hidup beralaskan tanah beratapkan tenda di kebun sawit.
Kejanggalan mulai terasa tatkala menurut keterangan datuk penghulu (kepala desa) Gelora, pak Ngatijan panjang lebar mengisahkan keberadaan Atik dan Emaknya.
Bantuan warga khususnya warga Gelora yang prihatin, seolah tak dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh keluarga tersebut. “Kalau dibantu pakaian bekas layak pakai, ya kalau sudah kotor, dibuang begitu saja,” kata Ngatijan diiyakan Iqbal.
Mak Atik dan Atik yang hidup bak seorang Tarzan. |
Tak disangka, selain potongan baju calana dan lainnya tampak berserakan disekitar gubuk mereka tinggal. Bahkan, tak jauh dari tempat tinggal mereka, disebuah parit kecil pakaian yang tampak masih bagus, dibuang begitu saja di dalam aliran air yang menjadi sumber air baik untuk masak dan mandi.
“Kalau diajak bicara, ya seperti kita, normal. Cuma mas lihat sendiri, kalau cara berpikir mereka normal, kan gak mungkin hidup seperti begini,” kata Ngatijan di lokasi sebelum mak Atik dan Atik tiba.
Keluarga ini keseharian bekerja mencari berondolan kelapa sawit di kavlingan warga. Atik yang ditanya mengaku, terkadang mendapatkan uang bekisar Rp 20 ribu hingga 50 ribu Rupiah.
Tim Sumber dan awak media berusaha membujuk mak Atik agar pindah dari tempat tersebut. |
Bukan tanpa alasan, tim awak media yang pada kesempatan itu hadir melihat kondisi rumah dan keaadan keluarga itu juga bersama tim Solidaritas Umat Berbagi (Sumber) dan komunitas Bagan Batu Hijrah untuk mengecek kebenaran informasi yang diketahui dari sosial media.
Hermansyah, koordinator Sumber yang pada kesempatan itu berusaha membujuk agar Mak Atik dan anak beserta cucunya tinggal di rumah yang lebih layak dan dekat dengan pemukiman warga lain agar kesehatan dan keamanan mak Atik dan keluarga lebih terjamin.
Raut wajah mak Atik tampak merasa kurang terima jika ia tinggal di pemukiman. Mak Atik pun mengatakan terserah kalau mau dibuatkan rumah, ia akan kembali lagi ke tempat itu.
Mak Atik yang mengaku penggemar Jokowi, terlihat raut wajahnya akan traumatik terhadap suatu hal. Terbukti, ia tidak ingin diketahui keberadaannya oleh mantan suaminya. Bahkan mak Atik mengaku, mantan suaminya berbuat tidak senonoh terhadap Atik pada waktu itu.
Datuk Penghulu Gelora, Ngatijan saat di lokasi. |
Tim Sumber dan warga yang hadir saat tim rombongan awak media di lokasi sangat prihatin terhadap anak-anak Atik. Meski hidup seperti itu, putra sulung Atik yang bernama Nur Arjuna tetap disekolahkan oleh warga sejak TK dan kini duduk di bangku kelas 1 SD di Gelora.
“Kalau ke sekolah, pakaian disiapkan gurunya, sebelum masuk kelas, anaknya dimandikan dulu, karena kalau baju sekolahnya dibawak pulang, tidak bakal dicuci. Kalau kotor ya dibuang,” kata Penghulu menimpali. Namun sayangnya, Nur Arjuna dan adiknya Muhammad Jalanin saat tim di tempat tersebut, tidak berada di rumah.
Dan benar, Atik bersama anaknya waktu wisuda TK diabadikan dalam sebuah foto yang terbingkai. Bingkai foto dan kalender Caleg itulah yang menghiasi rumah tidak layak yang mereka huni.
Datuk Penghulu Gelora, Ngatijan pun berharap pihak dinas Sosial Kabupaten Rokan Hilir dapat memberi solusi terhadap hal tersebut. Meski begitu, dalam jangka pendek, pihaknya bersama Sumber dan Bagan Batu Hijrah berencana akan mengalokasikan dan membujuk mak Atik agar pindah dari lokasi tersebut.
Tim Sumber sendiri mengaku akan menanggung biaya sekolah anaknya, dan jika berkehendak anak-anaknya Atik akan dimasukan ke pondok Pesantren. (iloeng)