Inforohil.com, Batu Hampar – Abrasi akibat air pasang yang terjadi di bibir sungai Rokan, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) tidak hanya menimpa wilayah Jumroh dan Teluk Pulau Hulu saja, namun semakin ke muara. Salah satunya adalah wilayah kepenghuluan Sungai Sialang Hulu Kecamatan Batu Hampar ikut terkena dampak Abrasi yang menggerus lahan pertanian warga.
Dalam kurun waktu sejak tahun 2012 hingga 2017 dengan lebar 200 meter panjang 2.000 meter (2 kilometer) musnah tergerus arus sungai Rokan, dampak buruk akibat abrasi tersebut adalah sejumlah wilayah di sepanjang Sungai Rokan terancam kehilangan wilayah daratannya.
“Kejadian (Abrasi, red) di belakang itu nampak-nampaknya sejak 2012. Parahnya apabila pasang (air pasang) tambah musim ekstrim angin barat menghantam ke timur, posisi lahan kita sebelah timur, makanya karena posisi tanah kita tanah pasir terlalu gampang kena ombak dan jadi abrasi, daratan sejak 2012 sudah 200 meter yang habis longsor ke laut (Sungai Rokan, Red) posisi lahan kita sekitar 2 kilo (sepanjang 2 kilometer mulai batas Bantaian dan Labuhan tangga, yang habis tergerus arus sungai Rokan lebar 200 meter sepanjang 2 kilometer red) itulah yang habis, ” demikian diungkapkan Datuk Penghulu Sungai Sialang Hulu, Harianto kepada awak media saat meninjau lahan wilayah kepenghuluannya di bibir sungai Rokan yang terkena Abrasi, Jumiat sore (21/4) kemarin.
Dikatakannya lagi, pihaknya telah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah kabupaten Rokan Hilir melalui pihak kecamatan namun hingga hari ini belum ada satupun dari pemerintah kabupaten yang meninjau lokasi abrasi di wilayahnya tersebut.
“Kalau hanya sebatas pemerintah Kabupaten rasanya belum ada meninjau, tapi kita sudah melaporkan ke camat, kata pak Camat coba hubungi BNPB dan karena kesibukan kita belum sempat menghubungi pihak itu. Sempat juga kita disuruh buat proposal untuk minta bantuan ke sana, itu dari mulai pak camatnya Muzakkar masuk pengganti lagi pak Azwar Abdullah, camat yang baru diganti ini belum lagi,” ujarnya lagi.
Selain Abrasi tersebut permasalahan yang timbul akibat arus pasang besar tersebut juga adalah dengan rusaknya tanam-tanaman warga akibat luapan air yang membawa lumpur dan mengendap di areal lahan perkebunan warga.
“Dulu di Sungai Sialang Banyak buah kuweni dijual oleh warga disepanjang jalan ini, sekarang tidak ada lagi, pohon kuweninya mati akibat air pasang yang bawah lumpur, kuweninya sekarang tinggal kenangan, tanam-tanaman banyak mati akibat air pasang, sawitnya banyak yang kuning dan rusak, sehingga kehidupan warga saya di sini semakin berat dan sulit,” ujarnya.
Oleh karenanya, ianya sebagai penghulu berharap kepada pemerintah daerah agar kiranya dapat memberikan solusi terbaik guna mengatasi permasalahan. “Kami berharap kepada pemda agar memberikan solusi agar abrasi tidak semakin meluas lagi, dan memberikan jalan bagaimana untuk meningkat taraf hidup masyarakat di wilayahnya itu yang akhir semakin merosot, warga saya banyak yang susah, jadi kalau ada upaya bagaimana memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka,” ujar Harianto berharap. (iloeng)